TINGGAL BERSAMA NENEK
Cipt.Elvira Sri Rahadina
Nama ku Vira, tapi sering di panggil Ani
di keluarga ku. Aku terlahir dari keluarga yang biasa, dan aku mempunyai adik
perempuan Zahra nama nya.Kini adikku telah menginjak usia 12 tahun dan aku
sudah menginjak usia 16 tahun.Aku saat ini menimba ilmu di bangku Sekolah
menengah atas yaitu di SMAN 3 KEJURUAN MUDA di Desa Suka Mulia sedangkan adiku
menimba ilmu di SDN Suka Jadi. Aku adalah siswi yang tidak terlalu pintar dan
tidak juga bodoh,tetapi aku senang pernah mendapat juara pertama di kelas
tetapi karna ada hal yang membuatku tidak terlalu pokus belajar sekarang aku
tidak lagi mendapat juara di kelas.Tapi aku masih bersyukur aku masih mendapat
peringjkat lima besar.
Aku adalah tipe orang yang tidak banyak
bicara dan pemalu membuat aku susah aktif dalam belajar. Dulu aku bahagia
tinggal bersama keluarga kecil utuh ku, namun suatu ketika ada permasalahan
yanag membuat kedua orang tuaku berpisah. Hal itu membuat hancur pikiran dan
batin ku seperti bangunan terkena gempa hancur sehancur hancurnya. Dari
peristiwa itu aku tidak mau berlama lama berdiam diri untuk memikirkan masalah
kedua orang tua ku .
Keesokan hari aku memutuskan aku dan
adikku untuk tinggal bersama nenek,dan ibuku pergi merantau ke luar daerah
untuk bekerja.Pedih rasanya bagaikan pisau yang menyayat kulit buat hidup tidak
bersama orang tua lagi,tapi aku tetap bersyukur masih dapat tinggal bersama
neneku.
“Ayo sini masuk ani!” seru nenek
kepadaku.
“Ia nek” jawab ku kepada nenek
sambil menurunkan barang barangku dari
Sepeda motor.
“Yang
sabar dan tabah ya Ani dan Zahra cucu nenek” ucapan nenek sambil
memelukku.
“Ia nek Ani kuat kok” jawab ku
sambil menetes air mata ku.
“Harus dong cucu nenek kan
kuat,jangan khawatir nenek janji akan
Menyayangi kalian berdua” seru nenek sambil menyemangatiku.
“Terimakasih ya nek Ani seneng
banget punya nenek yang baik banget”
Jawabku sambil tersenyum.
“Ia
Ani nenek pun seneng banget punya cucu yang kuat dan tabah”
ucapan
nenek Sambil menyemangati ku.
“Yaudah gih taruh barang barang nya
di kamar”
“Baik nek” jawabku sambil berjalan
menuju kamar.
Waktu
pun berlalu dengan begitu cepat, tak terasa aku sudah tamat SMP dan akan lanjut
ke jenjang SMA pada waktu itu. Di situ aku terbebani dengan pikiran ku yang
tidak mau menyusahkan nenek dan ibuku untuk membiayaiku lanjut ke jenjang SMA.
Pada malam hari aku bangun dan sholat meminta petunjuk dan pertolongan kepada
tuhan semesta alam Allah Ajawajala.
“Ya Allah tolonglah hambamu ini yang
tak tau harus bagaimana untuk menghadapi kebingungan hamba ya Allah, hamba
bingung harus melanjutkan sekolah atau tidak ya Allah” doa ku selesai sholat.
Keesokan hari nya ibuku menelponku.
“Halo assalamualaiku nak” salam
ibuku dari handphone.
“Walaikumussalam bu” jawab salam ku
di handphone.
“Anaku maafin ibu yah sudah membuat
kalian berdua kehilangan kebahagian
tinggal
bersama ayah dan ibu”
“Ia bu, kami yang minta maaf kalau
kami selalu buat repot ayah dan ibu”
saut ku
sambil menetes air mata ku.
“Tidak nak kalian tidak salah, jadi
jangan merasa bersalah ya nak” jawab
ibuku
sambil bersedih.
“Baiklah bu, gimna dengan pendidikan
ku ibu, aku bingung harus lanjut atau tidak”
“Lanjut nak, kamu harus tetep
bersekolah masalah biaya itu urusan ibu dan ayah”
jawab ibuku dengan tegas sambil terharu.
“Baiklah bu, ani janji akan belajar
dengan giat agar bisa bahagiakan ibu”
“Ia nak , yaudah ya nak ibu kerja
dulu assalamu’alaikum”
“Walaikumusalam bu”
Hari
demi hari ku lalui bersama adiku di rumah nenek, tiba saat nya pendaftaran
sekolah di buka. Aku pun mendaftar di SMA NEGERI 3 KEJURUAN MUDA dan
alhamdulillah aku lulus. Pada hari senin di awal bulan juli tahun 2019 di mana
aku memulai awal sekolah ku. Namun sebelum aku menuju sekolah aku harus
menghantar adikku ke sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari sekolahku. Pada
awal aku bersekolah aku merasa senang bisa kenal dengan teman baru, dan aku
merasa lebih lega.
Seiring waktu berjalan pelan-pelan
aku bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahku.Aku mendapat banyak teman baru
yang mungkin sedikit berbeda dengan teman-temanku yang lama. Karena pergaulan
di daerah sekolahku lebih berkembang dari daerahku yang lama. Meskipun aku
belum terbiasa dengan kebiasaan mereka yang bebeda denganku. Pelajaran di sekolah tidak membuatku
kesulitan namun aku bisa memahami materi yang di sampaikan oleh guru. Tak
terasa waktu telah menunjukan pukul 13.45 wib bel pun berbunyi menandakan waktu
belajar sudah usai.
Aku pun bergegas pulang, namun
sebelum pulang aku harus menjemput adikku terlebih dahulu setelah itu aku dan
adiku langsung bergegas pulang ke rumah.
“Assalamu’alaikum nek” ucap salam ku
sesampai di rumah nenek.
“Walaikumussalam ani,zahra dah
pulang rupanya cucu nenek” jawab nenek sambil
tersenyum.
“Yaudah gih ganti bajunya, setelah
itu makan ya ani sama zahra” perintah
nenek kepadaku dan adiku.
“Siap nenekku tersayang”
Selesai
makan siang aku pun bergegas melaksanakan shoalat juhur, selesai sholat aku pun
istirahat sambil melihat video pembelajaran terkadang sampai aku ketiduran.
Selama dua tahun aku dan adiku
tinggal bersama nenek, dan selama dua tahun itu aku belajar mandiri agar tidak
terlalu menyusahkan nenek. Aku dan adiku berusaha membuat janji dan berpegang
teguh agar tidak saling menyusahkan harus belajar mandiri. Aktifitasku pada
waktu pulang sekolah hanya melakukan pekerjaan ringan seperti menyapu dan
membantu nenek di dapur. Sedangkan kegiatan ku pada malam hari adalah mengulang
kaji pelajaran di sekolah agar aku bisa selalu memahaminya. Keesokan harinya adalah
hari keduaku bersekolah suasana masih seperti hari pertama sekolah. Hari demi
hari ku lalui sampai aku terbiasa di lingkungan sekolahku.
Kegiatan dan aktifitasku seterusnya
membantu nenek dan belajar, karena aku punya cita-cita yang tinggi yaitu ingin
menjadi apotekers hebat di indonesia. Tentu untuk menggapai cita-cita ku tidak
mudah perlu ketekunan belajar dan berdoa. Seiring waktu berjalan tiba saatnya
pada tanggal 19 Desember itu adalah hari dimana aku mengetahui hasil belajar ku
di sekolah selama satu semester. Di saat itu aku merasa tidak pecaya diri
dengan hasilnya yang tidak sesuai harapan aku dan keluargaku. Namun hasilnnya
tidak seperti yang ku takutkan, aku tidak menyangka saat nama ku di panggil
sebagai juara umum pertama tingkat kelas 10 ipa. Betapa bangga dan bersyukur
sekali ketika aku berhasil dalam belajar. Ketika itu aku berharap ayah dan
ibuku melihat keberhasilan ku tapi sayang taqdir tak dapat ku ubah, pada saat
itu Ayah ku yang mendampingi ku ke panggung juara. Awalnya aku tidak percaya
tapi aku sadar, aku juara tidak terlepas dari doa ibuku dan support dari
neneku.
Cita-cita dan harapan yang sudah aku
impikan sejak kecil satu langkah sukses aku lalui, walaupun masik banyak
langkah dan tantangan yang harus ku lalui. Setelah ini aku sudah berjanji dan
ku niatkan dalam hatiku untuk tetap rajin dan tekun dalam belajar dan tidak
lupa selalu bersyukur kepada allah swt atas apa yang telah di berikan kepada
ku, dan aku juga selalu meminta agar aku selalu di beri kesehatan lahir dan
batin ku. Perjalanan ku selama satu semester sudah selesai, dan aku harus
mempersiapkan diri untuk menghadapi rintangan belajarku. Sementara waktu libur
masih ada dua minggu. Selama dua minggu aku gunakan untuk berpikir bagaimana caranya agar aku bisa meningkatkan
lagi prestasi ku di sekolah. Di samping itu aku juga memanfaatkan waktu libur
ku untuk bercerita tentang hari-hari ku di sekolah kepada nenek dsn ibu,
menurutku kebahagian ku lebih lengkap ketika bisa berkumpul dengan keluargaku.
“telolet telolet telolet lolet
lolet” bunyi dering hendpone ku.
“Hallo assalamualaikum i...buu...”
ucapan salamku kepada ibu dengan rasa
yang sangat senang.
“Walaikumussalam anak-anak ku” jawab
ibuku dengan rasa haru.
“bu kangen kali kami disini, ibu
kapan pulang” ucapan ku kepada ibu dari
lubuk
hatiku.
“Anaku ibu juga kangen sama kalian
berdua, ibu janji lebaran ibu pulang, Ouh
iya gimana hasil belajarnya nak ku” tanya ibuku sambil termesem.
“Alhamdulillah ani juara bu, bener
kata ibu kita harus semangat dan tidak
pantang
menyerah dan selalu berdoa pasti berhasil, terimaksih ibu , ani jangan pikiri
masalah Ayah dan ibu yanag terpenting ani tetep pokus sama cita-citanya, gimana
dengan
hasil belajar zahra?”
“Alhamdulillah zahra dapet lima
besar bu” jawab adiku zahra.
“Alhmdulillah yadah dulu ya nak ibu
mau istirahat bsok kerja lagi
assalamualaikum anakku”
“Walaikumussalam ibu”
Seneng
banget rasanya bisa ngobrol dengan ibu walapun lewat handphone, dan bangga
rasanya ibuku mengetahui kesuksesan belajarku walaupun dari jauh.
Libur sekolah telah berlalu,
waktunya kembali bersekolah namun dengan kondisi yang berbeda di karenakan
adanya wabah yang menyerah seluruh negara yang ada termasuk negara indonesia yaitu
virus corona atau lebih di kenal Covid 19. Pada pertengahan bulan maret sekolah-sekolah mulai ditutup
karena pemerintah mengadakan lockdown(pembatasan beraktivitas) tentu hal itu
membuat aku dan seluruh siswa/i harus beradaptasi kembali dengan sistem belajar
yang berbeda. Jadi sistem belajar di ganti oleh sistem daring atau belajar dari
rumah.
Selama berbulan-bulan menghadapi
sistem pembelajaran secara daring aku sama sekali tidak bisa memahami
sepenuhnya materi-materi pelajaran yang berbentuk tulisan maupun video yang di
kirim online oleh guruku. Akibat daring tingkat belajarku menurun drastis akibat
kesulitan dalam memahami materi pelajaran, dan aku sudah tidak pokus belajar.
Namun aku tidak berputus asa untuk tetap berusaha untuk bisa bertahan dengan
nilaiku sebelumnya. Banyak tugas yang di berikan oleh guruku, namun aku bisa
selesaikan dengan baik. Ketika ada tugas yang kurang aku pahami aku coba
bertanya dengan teman yang mengerti. Seiring berjalanya waktu dengan keadaan
yang kurang baik dan tingkat konsentrasi dalam belajar sudah terganggu. Tidak
tau dengan hasil selanjutnya bagaimana, aku hanya bisa berserah diri kepada
allah agar diberi kemudahan untuk bisa
menangkap semua pelajaran.
Menjalani semuanya selama 6 bulan
tidaklah mudah, karena kali ini bersekolah tidak seperti biasanya dengan
suasana ramai dengan teman-teman. Bersekolah sekarang hanyalah belajar dari
rumah yang mengandalkan handphone dan internet. Semua seperti kita berada dalam
sebuah tahanan yang selalu di intai oleh virus covid 19. Akibat virus yang
menyebar luas dan tidak bisa dihindari semua kota melakukan lockdown sunyi sepi
bagaikan tinggal di hutan. Tempat wisata pun satu persatu di tutup oleh
pemerintah. Karena kondisi semakin gawat sistem pembelajaran daring pun di
perpanjang karna sekolah belum bisa aktif kembali.
Seiring berjalanya waktu tak terasa
belajar dengan sistem daring kini tiba saatnya mengetahui hasil belajar daring
ku di semester dua. Seminggu sebelum pembagian raport rasa bimbang dan takut ku
mulai timbul aku memutuskan menelpon ibuku untuk meluapkan ketakutan ku.
“Tuuuutuuuutuuut” suara handphone ku
menelpon ibuku.
“Hallo assalmualaikum ibu” ucapan
salamku sambil menahan bimbang.
“ Ia nak walaikummussalam, ada apa
nak malam-malam nelpon ibu”
“Begini bu seminggu lagi kan ani mau
bagi raport, ani takut bu kalau nilai ani
turun
drastis dan tidak juara lagi” curhatku kepada ibu sambil menetes air
mataku
karna aku takut mengecewakan orang tua dan neneku.
“Begini anakku apapun hasilnya
jangan kamu bersedih, yang terpenting ani kan
sudah belajar dan berusaha jadi apa pun hasilnya tetep semangat yah nak”
saut
ibuku
sambil menyemangatiku.
“Iya bu maafin ani yah kalau ani dah
buat kecewa ibu”
“Tidak nak ani gak pernah mengecewakan ibu kok, pesan
ibu apaun hasilnya
tetap
terus berusaha dan berdoa ya ani”
“Baik ibu terimakasih ya ibu ani
akan ingat pesan-pesan ibu, assalamualaikum ibu”
“walaikumussalam anaku”.
Dan
pada akhirnya tiba di mana pembagian raport di mulai namun kali ini berbeda,
tidak ada pengumumman seperti biasanya tidak ada hadiah bagi yang juara. Pembagian
raport di laksanakan di ruang kelas masing-masing.
Dan apa yang aku takutkan benar
terjadi, bahwa hasil belajar ku menurus drastis. Tentu aku sangat kecewa dengan
hasil yang mengecewakan tidak dapat mempertahankan nilaiku sebelumnya. Tapi aku
tetap bersyukur dalam rangkin aku masih menjadi juara kelas, dan aku naik satu
tingkatan yaitu kelas 11. Aku tak tahu sampai kapan virus ini berakhir, dan
kapan keadaan di negaraku ini normal lagi seperti biasa. Sekarang aku sudah
menginjak kelas XI namun aku belum tahu bagaimna caranya meningkatkan
kemampuanku di masa yang sulit bagiku.
Namun aku menjalani semuanya dengan
hati yang iklas, walaupun menjadi beban bagiku. Kadang sesuatu yang di anggap
sebenarnya sepele sebenarnya adalah beban untuk di hadapi kedepannya.
Perjalananku masih panjang dan masih ada mimpi yang harus aku gapai, tetap serius
jalani semuanya dengan baik karena tidak mungkin mundur setelah semuanya sudah
aku susun rapi di buku harianku untuk mewujudkan impianku. Aku juga selalu
bercerita kepada nenek tentang menurunya hasil belajarku di sekolah.
“ani makan bareng yuk sama zahra
juga” ajakan nenek buat makan malam.
“Ia nek ayo kita makan bareng”
Selesai
makan nenek pun menanyakan tentang belajarku dan menanyakan bagaimana dengan
kesehatanku.
“Ngomong-ngomong gimana kegiatan
belajar mu ani selama daring?” tanya
neneku sambil menonton televisi.
“Ya begitu nek ani sangat sulit
memahami dan beradaptasi belajar dengan
sistem
daring, ani juga sulit untuk fokus karena kepala ani sering sakit nek mungkin akibat ani tidak bisa terlalu banyak
memikirkan sesuatu” curhat ku kepada nenek.
“Walah ani nenek ikut sedih kalau
ani kesulitan dalam memahami pelajaran, tapi
ani jangan berputus asa inget nak kita tidak berusaha sendirian masih
ada allah
yang selalu membantu kita apa pun
masalah kita, seberat apapun masalah kita
insya allah kalau kita terus
sabar, berusaha dan berdoa pasti allah akan bantu
kita ani, jadi ani jangan merasa
gagal dan dan bersalah yah ani tetap semangat
kalau bahasa keren nya never give
up” saran dan nasihat neneku yang sangat
luar biasa.
“Hehe nenek asiap bos ani semanagat
sekarang, terimakasih nek, nenek paling
the best”
Aku
sanagat bangga mempunyai seorang nenek seperti nenekku ini , walaupun beliau
seorang nnek tetapi aku sudah menganggapnya seorang ibu. TAMAAAAAAT................!
‘
Posting Komentar